Nama : Elsa Restiyanti
Kelas
: 3 eb 22
NPM : 22210345
Mata
Kuliah : Bahasa Indonesia 2 (softskill)
TUGAS
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar.
A. Penalaran
Deduktif
Adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu
peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir
pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode
ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen
dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih
dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Contoh
: yaitu sebuah sistem generalisasi.
TV adalah barang
eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,
VCD Player adalah
barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untukberoperasi,
Generalisasi : semua
barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
Penalaran Deduktif yaitu Penalaran yang bertolak
dari sebuah konklusi/kesimpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan
yang lebih umum. Dalam penalaran deduktif terdapat premis. Yaitu proposisi
tempat menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung.
1. Penarikan
secara langsung ditarik dari satu premis.
2. Penarikan
tidak langsung ditarik dari dua premis.
Premis
pertama adalah premis yang bersifat umum sedangkan premis kedua adalah yang
bersifat khusus.
·
Faktor – faktor penalaran deduktif,
antara lain :
1)
Terdapat pada kalimat utama
Penjelasannya berupa hal-hal yang umum
2) Kebenarannya
jelas dan nyata
·
Jenis penalaran deduksi yang menarik
kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
a) Silogisme
Kategorial;
b) Silogisme
Hipotesis;
c) Silogisme
Disyungtif;
a a. Silogisme Kategorial
Silogisme Kategorial yaitu silogisme yang semua proposisinya
merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis
yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi
predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term). Silogisme yang terjadi dari tiga
proposisi.
1. Premis
umum : Premis Mayor (My)
2. Premis
khusus : Premis Minor (Mn)
3. Premis
simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Contoh
silogisme Kategorial:
1) My :
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Susi adalah mahasiswa
K : Susi lulusan SLTA
2) My
: Tidak ada manusia yang tidak
bernafas
Mn
: Andi adalah manusia
K
: Andi bernafas
3) My
: Semua siswa SLTA memiliki ijazah
SLTP.
Mn : Yudi tidak memiliki ijazah SLTP
K
: Yudi bukan bukan siswa SLTA
Prinsip-prinsip silogisme kategoris
mengenai proposisi :
1)
Silogisme harus terdiri atas tiga term
yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2)
Silogisme terdiri atas tiga
proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3)
Dua premis yang negatif tidak dapat
menghasilkan simpulan.
4)
Bila salah satu premisnya negatif,
simpulan pasti negatif.
5)
Dari premis yang positif, akan
dihasilkan simpulan yang positif.
6)
Dari dua premis yang khusus tidak dapat
ditarik satu simpulan.
7)
Bila premisnya khusus, simpulan akan
bersifat khusus.
8)
Dari premis mayor khusus dan premis
minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
9)
Salah satu premis harus universal, tidak
boleh keduanya pertikular.
b b. Silogisme
Hipotetis
Silogisme
Hipotetis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetis,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe
silogisme hipotetis :
1. Silogisme hipotetis yang premis
minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotetis yang premis
minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetis yang premis
minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah
dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan
tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak
akan timbul.
4. Silogisme hipotetis yang premis
minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke
jalanan, pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak
gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke
jalanan.
Hukum-hukum
Silogisme Hipotetis
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetis jauh
lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini
dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan
pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan
B, jadwal hukum silogisme hipotetis adalah:
a. Bila
A terlaksana maka B juga terlaksana.
b. Bila A tidak terlaksana maka B tidak
terlaksana. (tidak sah = salah)
c. Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak
sah = salah)
d. Bila
B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran
hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan
c c. Silogisme
Disyungtif
Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis
mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui
atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.Seperti
pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara
analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif
dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas.
1) Silogisme
disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif,
seperti:
la lulus atau tidak
lulus.
Ternyata ia lulus,
Jadi ia bukan tidak
lulus.
2) Silogisme
disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Hasan di rumah atau di
pasar.
Ternyata tidak di
rumah.
Jadi di pasar.
Silogisme disyungtif
dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu :
1) Premis
minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui
alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.
2) Premis minor mengakui salah satu alternatif,
kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid
Referensi Online :